CARA MUDAH
MENGINGAT NILAI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI
SUDUT
ISTIMEWA DENGAN TANGAN
Matematika
adalah pelajaran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tapi pada
kenyataannya banyak siswa yang tidak menyukai bahkan beranggapan bahwa
matematika itu pelajaran yang menyulitkan. Hal ini bisa terjadi karena siswa
kurang memahami konsep materi yang disampaikan oleh guru dan penyampaian materi
juga kurang menarik perhatian siswa selama proses pembelajaran. Sehingga banyak
siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran matematika. Pembelajaran matematika seharusnya berpusat pada
siswa, bukan pada guru. Belajar matematika merupakan proses mengkonstruksi
konsep-konsep dan prinsip -prinsip yang saling berkaitan satu sama lain.
Memahami konsep merupakan kemampuan siswa dalam melakukan prosedur (algoritma)
secara luwes, akurat, efisien dan tepat (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2010:
149).
Begitu juga halnya dengan materi trigonometri, banyak
siswa yang mengeluh ketika harus mempelajari materi trigonometri. Hal tersebut
sebagian besar dikarenakan banyaknya rumus dalam
materi
trigonometri dan mereka lebih menekankan pada hafalan rumus semata tanpa
mengetahui konsep dasarnya. Di samping itu mungkin dalam
pembelajaran guru masih menggunakan metode yang konvesional, sehingga trigonometri bagi anak
tidak menarik sama sekali.
Oleh sebab itu
perlu diterapkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk menyampaikan
materi trigonometri agar siswa lebih mudah memahami dan lebih menyukai
pelajaran matematika.
Sejarah
Trigonometri
Istilah “trigonometri” berasal dari kata Yunani,
trigonon yang berarti segitiga dan metria yang berarti pengukuran. Sesuai
namanya, trigonometri dikembangkan dari studi mengenai segitiga siku-siku
dengan menerapkan hubungan antara ukuran sisi dan sudut segitiga tersebut ke
studi mengenai segitiga lain yang serupa (Syahbana, 2015:2).
Awal trigonometri dapat dilacak hingga zaman Mesir Kuno dan Babilonia
dan peradaban Lembah Indus, lebih dari
3000 tahun yang lalu. Matematikawan India adalah perintis penghitungan variabel
aljabar
yang digunakan untuk menghitung astronomi dan juga trigonometri. Lagadha adalah matematikawan yang dikenal
sampai sekarang yang menggunakan geometri dan trigonometri untuk penghitungan
astronomi dalam bukunya Vedanga, Jyotisha, yang sebagian besar hasil kerjanya hancur oleh
penjajah India. Matematikawan Yunani Hipparchus
sekitar 150 SM menyusun tabel trigonometri untuk menyelesaikan segitiga.
Matematikawan Yunani lainnya, Ptolemy sekitar tahun 100 mengembangkan
penghitungan trigonometri lebih lanjut. Matematikawan Silesia
Bartholemaeus Pitiskus
menerbitkan sebuah karya yang berpengaruh tentang trigonometri pada 1595 dan memperkenalkan
kata ini ke dalam bahasa Inggris dan Perancis.
Walaupun
pada mulanya trigonometri dikaji sebagai cabang astronomi tetapi akhirnya
trigonometri berdiri sendiri sebagai sebuah disiplin ilmu. Perkembangan awal
trigonometri disebabkan oleh keperluan penyelesaian masalah astronomi.
Kemunculan trigonometri merupakan proses yang perlahan. Jika dibandingkan
dengan cabang matematika lain, trigonometri berkembang disebabkan hubungan
antara pendidikan matematika terapan dengan keperluan sains dalam bidang
astronomi.
Belajar
Trigonometri dengan Cara yang Menyenangkan dalam Matematika
Istilah pembelajaran mengacu pada dua
aktivitas yaitu mengajar dan belajar. Aktivitas mengajar berkaitan dengan apa
yang dilakukan oleh guru dan aktivitas belajar berkaitan dengan siswa. Menurut
Mulyasa (dalam Abduh, 2014:3), pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya
terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan
terpaksa atau tertekan. Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan
baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri
sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan
guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang
demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses
pembelajaran.
Seorang guru
harus bisa menciptakan suasana belajar yang rileks, bebas dari tekanan, menarik,
bisa membangkitkan minat belajar, bersemangat, perasaan gembira, sehingga siswa
benar-benar bisa tertarik dan menyenangkan ketika belajar matematika. Begitu
halnya pada materi trigonometri, banyak siswa yang sulit memahami
materi/mengingat rumus trigonometri karena banyaknya rumus dalam materi tersebut.
Untuk membangkitkan kembali minat belajar siswa dalam belajar matematika
terutama dalam tigonometri.
Salah satunya adalah dengan menggunakan tangan.
Cara Mengingat Nilai Perbandingan Trigonometri
Cara Mengingat Nilai Perbandingan Trigonometri
Nilai perbandingan tigonometri terdiri dari 4 kuadran,
yaitu:
1. Kuadran
I, yaitu 0o < a < 90o
2. Kuadran
II, yaitu 90o < a < 180o
3. Kuadran
III, yaitu 180o < a < 270o
4. Kuadran
IV, yaitu 270o < a < 360o
Untuk menetukan tanda perbandingan trigonometri di
setiap kuadran, ingat kembali perbandingan trigonometri dari segitiga siku-siku
yang diketahui salah satu sudutnya dan sisi-sisnya berdasarkan koordinat
kartesius.
sin a = y/r cos a = x/r tan a = y/x
Tanda x dan y didapat
berdasarkan tempat kuadran sudut
tersebut berada, sedangkan tanda r selalu bernilai
positif karena merupakan hepotenusa.
1. Kuadran I (0o < a < 90o, x positif, y positif)
sin ∝ (positif) cos ∝ (positif) tan ∝ (positif)
2. Kuadran
II ( 90o < a < 180o, x negatif, y positif)
sin ∝ (positif) cos ∝ (negatif) tan ∝ (negatif)
3. Kuadran
III (180o < a < 270o, x negatif, y negatif)
sin ∝ (negatif) cos ∝ (negatif) tan ∝ (positif)
4. Kuadran IV (270o < a < 360o, x positif, y negatif)
sin ∝ (negatif) cos ∝ (positif) tan ∝ (negatif)


Pada setiap jari diumpamakan sebagai sudut-sudut istimewa yang dimulai dari ibu jari yaitu:
1. Ibu jari sebagai sudut 00 ; 4. Jari manis sebagai sudut 600;
2. Jari telunjuk sebagai sudut 300; 5. Jari kelingking sebagai sudut 900.
3. Jari tengah sebagai sudut 450;
Pada setiap jari, terdapat sendi-sendi jari yang dalam
hal ini dijadikan sebagai batas Sinus dan Cosinus. Ruas jari yang berada di
tengah merupakan ruas Sinus dengan urutan nilai n sebagai berikut :
1. Ruas ibu
jari bernilai 0; 4.
Ruas jari manis bernilai 3;
2. Ruas
telunjuk bernilai 1; 5.
Ruas kelingking bernilai 4 .
3. Ruas jari
tengah bernilai 2;
Sedangkan ruas jari terbawah sebagai ruas Cosinus
dengan urutan nilai n sebagai berikut:
1. Ruas ibu jari bernilai 4; 4. Ruas jari manis bernilai 1;
2. Ruas telunjuk bernilai 3; 5. Ruas kelingking bernilai 0 .
3. Ruas jari tengah bernilai 2;
Cara Kerjanya:
1. Ruas ibu jari bernilai 4; 4. Ruas jari manis bernilai 1;
2. Ruas telunjuk bernilai 3; 5. Ruas kelingking bernilai 0 .
3. Ruas jari tengah bernilai 2;
Cara Kerjanya:
Tentukan
nilai n pada ruas jari. Ingat bahwa sinus berada di ruas tengah dan arahnya
dimulai dari ibu jari menuju kelingking (kiri ke kanan)
1) Sin 300 = ..
Nilai n pada
sudut 300 di ruas sinus adalah 1, maka
2) Sin
600 = ..
Nilai n pada
sudut 600 di ruas sinus adalah 3, maka
Sin 600
= ½ . √3 = ½ √3
Untuk
mencari nilai cosinus sama dengan sinus. Tetapi cosinus berbalik arah yaitu
cosinus dari jari kelingkiling di mulai dari 00. saja arahnya berlainan. Jika sinus dari ibu
jari ke kelingking, maka cosinus sebaliknya. Cara menentukannya yaitu:
Masukkan nilai n ke
Nilai n pada sudut 450 di ruas cosinus
adalah 2, maka
Cos 450 =½ √ 2
Cos 450 =½ √ 2
Nilai n pada sudut 00 di ruas cosinus
adalah 4, maka
Cos 00 =½ . √ 4 = ½ . 2 = 1
c. Tangen
DAFTAR
PUSTAKA
Abduh, Muhammad. 2014. Menciptakan
Pembelajaran yang Menyenangkan.
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/jgri1331699416.pdf
diakses hari Kamis, tanggal 3 November 2016.
Jihad, Asep
dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Syahbana, Ali. 2015. Trigonometri Dasar. Yogyakarta: Deepublish.